Torque dan Tension adalah bolting solutions yang digunakan untuk mengencangkan atau melepaskan baut yang berukuran besar dan mustahil jika dikerjakan dengan tenaga manusia. Biasanya peralatan ini dibutuhkan pada industri seperti minyak dan gas ataupun pada peralatan-peralatan konstruksi berat.
Baut sendiri merupakan suatu komponen yang digunakan untuk menyambungkan dua hal. Untuk membuat sambungan yang aman, baut yang dikencangkan dengan benar akan berperilaku seperti pegas. Ketika beban diterapkan oleh torque wrench atau tensioner, maka baut akan meregang dan akan mencoba kembali ke bentuk semula.
Ketegangan yang dihasilkan tersebut akan menyebabkan gaya penjepitan yang berkerja dengan ulir dari baut untuk menghasilkan sambungan yang aman. Nah, hal tersebut terjadi dikarenakan dibantu dengan peralatan torque ataupun tensioner.
Apa Perbedaan Torque dengan Tension?
Torque atau torsi adalah gaya yang dikeluarkan untuk menyebabkan suatu benda dapat berputar. Contohnya gaya yang dikeluarkan untuk membuat sebuah mobil dapat bergerak atau gaya yang harus dikeluarkan untuk memutar mur di sekitar ulir baut.
Sedangkan tension atau ketegangan adalah regangan atau pemanjangan baut yang dapat memberikan gaya penjepitan pada sambungan. Bolt torqueing dan bol tensioning adalah kedua cara yang biasanya digunakan untuk menyegel sambungan pada pipa. Keduanya memiliki kelebihan dan kekurangannnya masing-masing, serta diaplikasikan pada hal yang berbeda.
Torquing dan Hydraulic Torque Wrenches
Torque wrench bekerja dengan menerapkan prinsip hukum Newton yang menjelaskan mengenai perpindahan suatu benda akibat hasil hubungan antaran nilai dan jarak dari gaya yang diberlakukan pada benda tersebut.
Dalam praktiknya, pada saat mur diputar, maka bahan baut akan meregang seingga menciptkan tegangan di dalam baut yang bertindak sebagai gaya penjepit pada panjang ulir baut. Gaya akan menjepit atau menarik kedua komponen yang dibaut bersama-sama dan enahan tegangan atau beban di dalam baut tersebut.
Bagaimana Hydraulic Tensioning Bekerja
Hydraulic tensioning sudah ada sejak tahun 1970 dan semenjak itu sudah menjadi hal umum pada industri minyak dan gas, subsea, angin dan tenaga. Pengaplikasian yang umum ditemukan adalah pada penyambungan flange bertekanan tinggi dengan diameter baut yang besar atau pada sambungan yang kritis.
Bolt tensioner bekerja dengan cara yang berbeda jika dibandingkan dengan torque wrench. Jika torsi sangat memanfaatkan gesekan untuk memutar mur yang kemudian menciptkan beban pada baut, maka tensioner mengambil dan menarik perlakuan di luar mur, meregangkan baut secara aksial, mengangkat mur dari permukaan, sehingga memungkinkan mur dapat diputar kembali ke flange dengan torsi minimal.
Ketika tekanan tensioner dilepaskan, elastisitas pada baut membuatnya ingin kembali ke keadaan tidak teregang, sehingga menciptakan tegangan atau beban yang membuat sambungan tersebut tetap bersama.
Setelah dipasang pada baut flange, tensioner dapat menyelesaikan pekerjaan lebih cepat jika dibandingkan dengan torque wrench. Hal ini dikarenakan beberapa atau semua sel tensioner dapat dikencangkan secara bersamaan, serta pembagian beban pada baut yang berdekatan dapat diminmalkan, sehingga dapat menghasikan tegangan yang seragam.
Selain itu, karena tensioner tidak terpengaruh dengan kerugian gesekan, maka memberikan akurasi yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan torque wrench. Akan tetapi, peralatan tensioning membutuhkan anggaran yang lebih mahal, serta memiliki banyak pertimbangan seperti diameter baut, ketebalan washer, grade baut, kebutuhan beban, stud, dan lainnya.
Itulah beberapa hal mengenai perbedaan antara tension dengan torque dalam bolting solutions yang biasanya digunakan untuk mengencangkan atau melepaskan baut.
1 comment on “Torque dengan Tension: Apa Perbedaanya?”